GenPI.co Banten - Korban bencana tanah bergerak di Jampang Kuning, Kabupaten Lebak, Banten mengaku mencemaskan kondisi kondisi rumah mereka yang hampir roboh.
Saat ini kondisi rumah korban tanah bergerak sudah banyak yang rusak berat. Mereka yang masih mendiami rumah merasa takut jika rumah mereka roboh sewaktu-waktu.
“Kami ketakutan depan rumah bangunan tembok setinggi 2,5 meter roboh, namun beruntung terjadi malam hari, sehingga tidak ada korban jiwa,” kata Marhudi (50) warga Jampang Kuning Kabupaten Lebak, dikutip dari Antara, Senin (21/3).
Berdasarkan Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak, jumlah rumah korban tanah bergerak sebanyak 41 yang dihuni oleh 51 kepala keluarga (KK).
Sejak terjadinya bencana tanah bergerak tahun 2019 hingga saat ini para korban belum direlokasi, sementara 73 rumah lainnya telah direlokasi.
“Kami siang hari bersama isteri, anak, mantu dan cucu tinggal di rumah dengan kondisi nyaris roboh, namun jika malam hari mengungsi,” ujarnya.
Mereka mengaku tidak nyaman bila harus hidup seperti itu hingga menjelang Ramadan dan lebaran Idul Fitri 2022.
Warga berharap pemerintah daerah dapat membantu merelokasi korban gempa ke tempat yang lebih aman.
Saat ini mereka mengaku lebih sering cemas karena itensitas hujan disertai angin kencang terus meningkat. Mereka takut ada bencana susulan dan membuat rumah mereka roboh.
Sementara untuk warga yang belum direlokasi harus menempati tenda pengungsian yang dibangun oleh Relawan Taruna Siaga Bencana (Tagana).
“Kami sudah menyampaikan semua warga jika malam hari berada di pengungsian untuk menghindari kecelakaan rumah roboh,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Lebak Agus Reza Faisal mengatakan, pihaknya telah mengusulkan ke pemda untuk merelokasi 41 rumah yang tersisa ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta.
“Kami berharap tahun ini bisa direalisasikan pembangunan relokasi itu,” jelasnya. (ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News