Benarkah Makan Satai Memicu Hipertensi dan Kanker

27 November 2021 13:00

GenPI.co Banten - Indonesia memiliki ragam kekayaan kuliner yang patut dibanggakan, salah satunya adalah satai. Beberapa daerah yang terkenal dengan satainya yang lezat antara lain Madura, Ponorogo, dan Padang.

Ya, satai merupakan kudapan terbuat dari irisan daging kecil-kecil yang ditusuk, diberi bumbu kacang, kemudian dipanggang di atas bara api. Daging yang digunakan sangat bervariasi. Namun, umumnya olahan ini menggunakan daging ayam, sapi, atau kambing.

Bahan utama daging inilah yang membuat satai tinggi akan protein dan lemak. Bumbu yang terbuat dari kacang tanah dan minyak membuat dua kandungan tersebut akan bertambah.

BACA JUGA:  Manfaat Jeruk Limau Nggak Main-main, Penyakit Serius Disikat

Belum lagi bahan-bahan lainnya yang umum digunakan sebagai pelengkap bumbu satai. Diantaranya adalah bawang merah mengandung antioksidan dan kemiri dengan kandungan zat antiradang berupa asam linoleat. Maka, bisa dikatakan jika satai termasuk makanan yang bergizi.

Tetapi, apakah benar dari bahan-bahan baku yang memiliki kandungan gizi ini bisa berdampak buruk bagi kesehatan? Tidak sedikit pula orang yang menghindari konsumsi sate karena berisiko terkena darah tinggi alias hipertensi.

BACA JUGA:  Coba Resep Minuman Jahe, Rasakan 6 Manfaat Ini untuk Kesehatan

Beberapa temuan ilmiah tentang potensi dampak buruk makan satai bagi kesehatan diantaranya:

Hipertensi

BACA JUGA:  Agar Tak Diincar Kanker, Perhatikan Ini Sebelum Barbeque

Daging merah seperti pada sapi, domba, dan kambing diketahui dapat meningkatkan tekanan darah atau hipertensi karena mengandung banyak lemak jenuh. Studi yang dilaporkan dalam terbitan Journal of Hypertension menyebut, hipertensi bisa menyerang ketika Anda memilih daging tingg lemak dan makan berlebih.

Namun demikian, dengan mengonsumsi beberapa tusuk daging sate tidak akan membuat Anda tiba-tiba mengalami hipertensi.

Risiko kanker

Memasak daging dengan suhu tinggi memang akan menghasilkan zat kimia penyebab kanker berupa amina heterosiklik (HCA). Proses mengolah dengan cara tersebut kemungkinan juga dilakukan pada sate atau steik yang dipanggang.

Saat lemak menetes ke panggangan, api yang terbentuk kemudian menutupi daging dengan hidrokarbon poliaromatik (PAH). Penelitian menunjukkan bahwa PAH berperan dalam proses perkembangan kanker, utamanya pada manusia.

Namun demikian, sebagian besar penelitian tersebut menggunakan HCA dan PAH dalam dosis yang tinggi. Artinya, makanan yang dibakar mungkin tidak meningkatkan risiko kanker. Terkecuali  jika Anda mengonsumsinya secara berlebihan.

Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan saat makan satai, ada baiknya memilih dan memilah bahan yang sehat bagi tubuh. Berikut ini tips memasak sate yang sehat:

Memilih potongan daging rendah lemak

Saat lemak bertemu api maka akan melahirkan PAH. Maka dari itu, pilihlah potongan daging sapi atau kambing yang rendah lemak untuk mengurangi pembentukan zat berbahaya tersebut. Akan lebih baik jika Anda menggunakan daging ayam.

Membolak-balik sate saat memanggangnya

Anda bisa memastikan sate matang secara merata tanpa membuatnya cepat gosong. Caranya adalah dengan membolak-balikkan satai setiap beberapa menit sekali.

Buat bumbu marinasi sendiri

Anda bisa membuat bumbu sendiri sebagai pengganti bumbu marinasi. Ya, bumbu marinasi diketahui akan membuat satai yang Anda makan jadi tinggi gula. Gantilah dengan bumbu dari bahan-bahan alami dan menyehatkan seperti garam, merica, dan rempah-rempah.

Bungkus daging dengan kertas aluminium foil

Kertas aluminium foil berfungsi mencegah lemak menetes ke bara api jika Anda menggunakan potongan daging yang berlemak. Dengan ini, produksi HCA pada saat memanggang satai dengan suhu tinggi dapat diminimalisir. (hellosehat) https://hellosehat.com/nutrisi/tips-makan-sehat/makan-sate/

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Citra Dara Vresti Trisna

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co BANTEN