GenPI.co Banten - Membaca buku belum menjadi budaya di Indonesia. Masyarakat lebih senang menonton televinsi ketimbang membaca.
Televisi lebih merebut perhatian mayarakat ketimbang buku. Televisi dianggap lebih mudah dicerna tanpa harus berpikir lagi.
Manfaat membaca buku bukan hanya menambah informasi dan pengetahuan, tapi juga meningkatkan aktivitas otak dan kemampuan analisis serta pengelolaan emosi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Universitas Emory pada tahun 2013 didapati perbedaan orang yang aktivitas otaknya.
Peneliti menemukan hubungan yang meningkat pada korteks temporal kiri, bagian otak yang berurusan dengan pemahaman bahasa.
Orang yang membaca buku, aktivitas otaknya berjalan lebih giat dibanding yang tidak suka membaca.
Terdapat peningkatan konektivitas pada siklus sentral dari otak, daerah sensorik primer yang membantu otak memvisualisasikan gerakan.
Hal ini terjadi karena pada saat membaca di dalam diri terdapat visualisasi atau aktivitas membayangkan diri Anda mencoba menjadi karakter utama di dalam buku sehingga dapat lebih berempati dengan emosi yang dirasakan.
Pada penelitian Matthijs Bal dan Martijn Verltkamp menemukan, seseorang bisa menjadi sangat sensitif terhadap perasaan orang lain.
Orang yang tidak suka membaca buku disebutkan memiliki risiko tinggi memiliki penyakit otak.
Orang yang membaca buku memiliki ketenangan yang lebih baik dibanding yang tidak suka membaca. Selain itu, membaca buku dapat menurunkan tekanan darah.
Dari sini dapat disimpulkan orang yang gemar membaca memiliki risiko yang lebih rendah dalam menyajikan sebuah dunia imajiner yang dapat dimanfaatkan sebagai pelarian dari tekanan di dunia nyata.
Selain itu, membaca buku juga bermanfaat dalam melatih kemampuan konsentrasi sehingga dalam praktinya pembaca buku lebih mudah untuk multitasking. (Hellosehat)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News