GenPI.co Banten - Jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Lebak, Banten, cenderung meningkat.
Hingga November 2022, tercatat ada 669 kasus dengan 4 orang meninggal dunia.
Sedangkan pada tahun sebelumnya terdapat sekitar 500 kasus DBD.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lebak, Triatno Supiyono di Lebak, Kamis (15/12).
Dari 669 kasus DBD, tersebar di sejumlah kecamatan di Lebak.
Kecamatan Rangkasbitung menjadi jumlah terbanyak dengan 250 kasus dan 4 orang meninggal dunia.
Disusul oleh Kecamatan Kalanganyar (49), Cibadak (82), Warunggunung (25), Cikulur (17), Maja (23), Curugbitung (19), Sajira (24), Cipanas (46), Lebak Gedong (11).
Kemudian, Muncang (8), Sobang (5), Cimarga (23), Leuwidamar (8), Bojongmanik (2), Cileles (8), Gunung Kencana (4), Malingping (17), Banjarsari (1).
Lalu, Wanasalam (9), Cijaku (6), Panggarangan (3), Cihara (3), Bayah (14), Cilograng (2), Cibeber (9), dan Cirinten (1).
Menurutnya,datangnya musim hujan membuat kasus DBD di Lebak meningkat.
Karena itu, perlu ditangani secara komprehensif melalui gotong royong dalam gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
"Gerakan PSN itu dinilai lebih efektif untuk memutus mata rantai penyebaran DBD," katanya.
Gerakan PSN sendiri dilakukan dengan kegiatan mengubur, menguras, dan menutup (3M) barang-barang bekas.
Selain itu, warga juga perlu menaburkan bubuk larvasida di bak mandi yang terdapat genangan air.
Menurutnya, genangan air dapat menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti.
Menurutnya, musim hujan dengan tingkat kelembapan cukup tinggi dapat membuat daya hidup nyamuk menjadi lebih lama.
"Kami minta masyarakat yang tinggal di lingkungan pemukiman agar rutin setiap pekan melaksanakan PSN untuk mematikan jentik-jentik nyamuk sehingga tidak berkembang biak populasi nyamuk Aedes Aegypti itu," katanya. (Antara)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News