GenPI.co Banten - Para perajin tahu di Kabupaten Lebak kembali meminta pemerintah mensubsidi harga kedelai di pasar untuk mengurangi beban biaya produksi.
“Kita hingga kini hanya bisa bertahan hidup saja sejak tiga bulan harga kedelai melonjak dari Rp300 ribu menjadi Rp620 ribu per 50 kg,” kata Madsoleh (55), perajin tahu di Kampung Muara Kebon Kelapa, Rangkasbitung, Senin (16/5).
Sebelumnya, para perajin tahu di Rangkasbitung juga sempat terpukul dengan kenaikan harga kedelai yang mencapai 100 persen.
Bahkan sudah ada beberapa perajin tahu yang sudah tidak produksi alias gulung tikar.
Pihaknya berharap pemerintah memberikan subsidi kedelai impor untuk mengurangi biaya produksi. Terlebih, para perajin tahu dan tempe telah membantu pemerintah mengurangi pengangguran.
“Kami minta kedelai disubsidi dan kembali harga normal Rp300 rubu,” kata Madsoleh.
Dia mengaku, dengan usahanya menjadi perajin tahu, dia dapat mempekerjakan 10 orang yang terdiri dari tiga orang tenaga produksi dan tujuh orang penjual tahu goreng keliling.
Selama ini dia memproduksi 100 kilogram per hari dengan harga Rp1,2 juta. Dari jumlah itu, dia mampu memproduksi 30 cetakan tahu dan meraih untung bersih Rp250 ribu per hari.
"Kami meraup keuntungan bersih itu juga terkadang harus nombok membeli bahan bakar kayu,” katanya.
Para pekerja pabrik tahu mengatakan, pihaknya setuju jika pemerintah mensubsidi kedelai sehingga tidak terancam ada pemutusan hubungan kerja.
Saat ini, para pekerja dari industri tahu sudah banyak yang menganggur karena produksi berhenti sejak harga kedelai melonjak.
“Kami sangat mendukung kedelai sebagai bahan baku produksi tahu disubsidi,” kata Agus, seorang pekerja tahu warga Rangkasbitung. (ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News