GenPI.co Banten - Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak Abdul Waseh meminta pelaku Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) tahu tempe tetap produksi.
Ajakan untuk kembali berproduksi tersebut didasari karena permintaan pasar terhadap produk tahu tempe cukup tinggi.
Selain itu, ajakan untuk kembali produksi ini adalah agar dapat menggulirkan roda perekonomian masyarakat.
“Kami meyakini pemerintah kini tengah mencari solusi agar harga kedelai impor kembali stabil,” kata Abdul, Rabu (23/2).
Menurut dia, perajin tahu tempe tetap harus produksi meski harus melakukan penyesuaian dari segi ukuran dan juga harga satuan agar ekonomi terus berjalan.
Menurut dia, saat ini yang dibutuhkan adalah optimalisasi produksi kedelai lokal agar tidak terlalu bergantung impor.
Karena, selama ini perajin hanya bergantung kedelai impor untuk dapat berproduksi.
“Kami berharap Kementerian Pertanian mampu swasembada kedelai sehingga dapat memenuhi permintaan pelaku UMKM itu,” katanya.
Sementara itu, Anggota DPRD Kabupaten Lebak Dian Wahyudi akan mengupayakan perajin tempe tahu segera produksi dengan cara mendorong pemerintah menstabilkan harga kedelai impor.
Menurut Dian, salah satu langkah yang memungkinkan dilakukan pemerintah adalah memberi subsidi pada harga kedelai di pasaran.
Dia juga berharap agar dilakukan pengawasan ketat agar tidak ada oknum yang mengambil keuntungan dengan menimbun kedelai.
Sebelumnya, perajin tahu tempe sepakat untuk mogok massal dari tanggal 21-23 Februari 2022.
Upaya mogok dilakukan karena harga kedelai dianggap terlalu tinggi sehingga tidak mungkin produksi. Saat ini harga kedelai impor telah menembus angka Rp12 ribu dari yang sebelumnya Rp8 ribu per kilo. (ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News