GenPI.co Banten - Kenaikan harga kedelai impor, membuat produsen tahu dan tempe terpukul.
Lonjakan harga kedelai impor tersebut menghambat keberlangsungan produksi mereka dan usaha perajin tahu dan tempe.
Kenaikan harga yang cukup signifikan ini membuat perajin tempe di Kabupaten Lebak terancam gulung tikar. Karena, harga bahan kedelai impor meningkat hingga dua kali lipat.
Saat ini upaya yang dapat ditempuh perajin tempe dan tahu adalah merumahkan sebagian pekerjanya agar biaya produksi tidak membengkak.
Dampak dari kenaikan harga kedelai yang menghambat produksi juga dirasakan sampai ke bawah.
Ratu (29) salah satu pembeli di pasar tradisional di Kota Tangerang Selatan mengaku hampir kehabisan tempe.
Dia melihat sudah ada pembeli yang memborong tempe dan tahu di pasaran untuk berspekulasi. Karena, berita tentang kelangkaan bahan baku tempe dan tahu sudah terdengar di masyarakat.
“Saya hanya kebagian satu. Tadi ada pembeli langsung memborong tempe yang ada di pasar,” ujarnya, pada GenPI.co Banten, Sabtu (19/2).
Dia mengaku mengetahui bila ramai terdengar kabar bila harga tempe dan tahu akan naik karena harga kedelai juga naik.
Meski demikian, harga satu papan tempe di pasaran masih belum berubah, yakni Rp5.000 per papan tempe ukuran sedang. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News