
Sebab, ukuran otak tidak memengaruhi IQ atau kepintaran seseorang. Sementara menurut Witelson yang dikutip CBC News, otak laki-laki lebih rentan dibanding otak perempuan. Selain itu, otak laki-laki mengalami perubahan seksual yang dipengaruhi oleh hormon testoterone.
Walaupun biasanya ukuran otak laki-laki lebih besar dibanding perempuan, faktanya hippocampus pada perempuan lebih besar dibanding laki-laki. Hippocampus adalah bagian otak yang menyimpan memori, salah satu alasan perempuan bisa mengolah informasi lebih cepat seperti yang sudah disebutkan di atas.
Terdapat perbedaan respons antara laki-laki dan perempuan terjadi karena perempuan memiliki verbal center pada kedua bagian otaknya. Sedangkan laki-laki hanya memiliki verbal center pada otak bagian kiri. Biasanya ini yang menyebabkan perempuan lebih suka berdiskusi, bergosip, bercerita panjang lebar dibanding laki-laki.
BACA JUGA: Ketika Hubunganmu Tak Direstui Orang Tua, Lakukan 5 Cara Ini
Laki-laki lebih senang melihat sesuatu yang mudah. Mereka tidak punya ‘koneksi’ yang baik tentang hal-hal yang melibatkan perasaan, emosi, atau curahan hati. Itu alasan mengapa perempuan suka mengeluhkan jika laki-laki tidak cukup peka, melupakan hal-hal yang dianggap penting oleh perempuan seperti ulang tahun pernikahan.
Hal tersebut bisa terjadi karena otak laki-laki tidak didesain untuk terkoneksi pada perasaan atau emosi. Laki-laki biasanya ketika memutuskan sesuatu jarang melibatkan perasaan. Laki-laki juga jarang menganalisis perasaannya dibanding perempuan yang biasanya selalu melibatkan perasaan dalam memutuskan sesuatu.
BACA JUGA: Punya 3 Pacar Tanpa Drama, Berikut Fakta Soal Hubungan Poliamori
Selain dilihat dari perbedaan cara berpikir, stereotipe dan cap sosial dapat memengaruhi perilaku laki-laki dan perempuan. Saat kecil, tidak jarang orangtua dan orang sekitar menjalaskan apa yang pantas dan tidak pantas dilakukan oleh laki-laki.
Misalnya, laki-laki dilarang lebih banyak bicara atau cerewet, karena itu identik dengan perempuan. Sementara perempuan tidak boleh sering bermain bola karena olahraga itu hanya dimainkan oleh laki-laki. Konsep seperti ini yang melekat pada masyarakat tentang bagaimana perempuan dan laki-laki seharusnya bersikap.
BACA JUGA: 6 Bentuk Kekerasan dalam Hubungan, Putus Aja Deh
Otak laki-laki memang tidak didesain untuk melibatkan perasaan, namun bukan berarti laki-laki tidak memiliki rasa empati. Menurut Dr. Brizendine yang dikutip Livescience, empati pada laki-laki bekerja ketika ada seseorang yang menunjukkan perasaannya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News