GenPI.co Banten - Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mengungkapkan, bahwa gempa dengan magnitudo 5.2 yang terjadi pada Jumat (4/2) lalu merupakan jenis gempa dangkal.
Dia mengatakan bahwa gempa tersebut terjadi akibat adanya deformasi batuan pada kerak samudera lempeng Indo-australia.
Lempeng tersebut mengalami bergerak ke arah bawah di wilayah Banten. Menurutnya, gempa jenis tersebut lazim terjadi dan dikenal sebagai gempa intraslab.
"Gempa jenis ini lazim disebut sebagai gempa yang bersumber dalam lempeng atau gempa intraslab," ungkap Daryono, Sabtu (5/2).
Dia mengatakan, gempa intraslab memiliki karakter yang mampu menimbulkan guncangan yang lebih besar.
Maka, lanjutnya, akan menjadi hal yang wajar jika guncangan tersebut dirasakan masyarakat luar Banten.
"Struktur tanah lunak dan tebal di Jakarta akan menciptakan resonansi dan mengimplementasikan/memperkuat guncangan gempa," jelasnya.
Menurutnya, gempa yang mengguncang Banten dengan magnitudo 5,2 beberapa hari lalu memiliki rekahan kecil untuk mengeluarkan penurunan stress drop sangat besar.
Dia menuturkan efek dari gempa tersebut memiliki guncangan dengan frekuensi yang lebih tinggi dari biasanya.
"Gempa-gempa kuat atau signifikan yang terjadi akhir ini baik di Selatan Banten maupun di Selatan Jawa Timur memiliki tipe ini, yaitu intraslab earthquake," tegasnya.
Meski demikian, menurut pengamatannya, gempa dengan jenis tersebut tidak berpotensi tsunami.
"Hasil pemodelan tsunami yang dilakukan BMKG, menunjukkan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami," katanya.
Lebih lanjut, dia juga menegaskan bahwa gempa yang terjadi pada Jum'at (4/2) lalu tidak ada kaitannya dengan aktivitas Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News